Eklampsia, Penyakit yang Dialami Ibu Hamil
Apa itu eklampsia? Eklampsia adalah komplikasi yang dialami oleh ibu hamil. Eklampsia terhadap ibu hamil ditandai bersama dengan kejang dan tekanan darah tinggi sepanjang kehamilan. Pada pengecekan urin terhitung kebanyakan dapat ditemukan terdapatnya protein terhadap urin atau proteinuria. Jika kondisi ini dibiarkan, dapat mengancam nyawa ibu dan janin dalam kandungan. Oleh gara-gara itu, ibu hamil perlu memahami rs stroke bkt apa saja aspek penyebab, gejala, dan pengobatannya.
Diagnosis Eklampsia
Untuk mendiagnosis eklampsia pada ibu hamil, dokter biasanya akan melakukan anamnesis (wawancara medis) seperti riwayat kejang yang dialami, riwayat pemeriksaan kehamilan, riwayat penyakit lainnya, serta riwayat preeklampsia sebelumnya. Kemudian dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik serta terus memantau ketat tekanan darah pasien.
Selanjutnya, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Adapun cara mendiagnosis atau mendeteksi risiko eklampsia pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
- Tes darah: Tes darah dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah atau trombosit pada ibu hamil.
- Tes urine: Tes ini bertujuan untuk memeriksa kadar protein pada urine yang bisa menjadi salah satu gejala preeklamsia.
- Tes fungsi ginjal: Pada kondisi tertentu, ginjal ibu hamil juga akan diperiksa untuk menilai kadar kreatinin dan ureum yang dapat menjadi tanda dari gagal ginjal.
- Tes fungsi hati: Tes ini bertujuan untuk memeriksa fungsi hati.
- USG kehamilan: Pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau kondisi janin dan kandungan secara keseluruhan.
Pengobatan Eklampsia
Perlu dilakukan pengobatan yang tepat dan segera untuk menjaga keselamatan ibu dan janin dengan mencegah terjadinya komplikasi serius seperti solusio plasenta, persalinan prematur, stroke, bayi lahir mati, hingga kematian ibu dan janin. Adapun pengobatan eklampsia adalah sebagai berikut:
1. Terminasi Kehamilan
Penanganan eklampsia yang pertama adalah sesegera mungkin melakukan terminasi kehamilan atau melahirkan bayi yang dikandung. Dokter akan menentukan metode persalinan yang telah disesuaikan dengan usia kehamilan, kesehatan ibu, dan kondisi janin.
2. Obat-obatan
Jika kondisi ibu hamil tidak memungkinkan untuk segera dilakukan persalinan, maka dokter akan meresepkan beberapa obat untuk mengatasi kondisi ini. Berikut adalah beberapa obat yang dapat diresepkan oleh dokter:
- Obat penurun tekanan darah seperti metildopa, nifedipin, atau obat lain yang aman dikonsumsi oleh ibu hamil.
- Antikonvulsan untuk mencegah terjadinya kejang. Salah satu obat antikonvulsan yang paling umum digunakan untuk eklampsia adalah magnesium sulfat. Obat ini biasanya diberikan melalui infus intravena (IV).
- Kortikosteroid untuk memperkuat dan mempercepat pematangan paru-paru janin pada kehamilan yang belum cukup bulan.
Cara Mencegah Eklampsia
Eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang dapat dicegah melalui pengobatan preeklampsia yang cepat dan tepat. Berikut adalah langkah-langkah lainnya yang dapat membantu mengurangi risiko eklampsia:
- Kontrol prenatal teratur: Melalui pemeriksaan rutin, kondisi preeklampsia dapat dideteksi lebih awal dan tindakan pencegahan dapat segera dilakukan.
- Pola makan sehat dengan gizi seimbang: Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang selama kehamilan dapat membantu menjaga kesehatan ibu dan janin.
- Istirahat yang cukup: Dalam masa kehamilan, istirahat yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.
- Olahraga teratur: Konsultasikan dengan dokter spesialis kandungan mengenai jenis olahraga untuk ibu hamil yang tepat. Aktivitas fisik yang cukup dan disesuaikan dengan kondisi kehamilan dapat membantu mengurangi risiko eklampsia.
- Menghindari stres berlebihan: Stres yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil. Cobalah lakukan aktivitas yang dapat meningkatkan mood guna menjaga kesehatan mental ibu hamil, sehingga menurunkan risiko tekanan darah tinggi.
Itulah pembahasan mengenai eklampsia pada ibu hamil. Jika memiliki riwayat preeklampsia atau faktor risiko lainnya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang fatal pada ibu dan janin.